Sunday’s are a great day to ride, and this one just past, 1 November, 2020, was no exception. About a half dozen of the Temple Rats joined more than 100 Gorilla and Monkey bike styles a couple of clicks from the Deus Temple at Taman Ayun Mengwi. This was our first time joining the Gorilla & Monkey style motorbike communities here and Bali and we were absolutely blown away with the depth and breadth of the group, the different styles, the different donor bikes, none of us could have predicted there were so many variants. Literally everything from enduro Gorilla motorbikes to Monkey cafe racers. And most versions in between.
These guys are the Monkey Brothers Bali, a local Balinese motorbike community whose members are riders from all genres, making them very unique. They don’t limit their members based on engine type and modification flow like other motorcycle communities generally do. However, they do limit them on the size of their wheels. Nothing over ten-inch can get in.
As with all motorcycle meets we spent the first couple of hours milling about, checking out and talking about everyone’s custom rides. But when the big hand headed towards twelve, we rounded up the entire mob and started what we were here to do, a ride to Singaraja city through the absolutely drop-dead beautiful scenery of Bedugul. The area, famed for its mountain views, market gardens, strawberries and the biting cold mountain air that punctured everything we wore to be felt on our skin. It had the added bonus of keeping the engine temperature down making these micro bikes feel much more powerful to ride.
We weren’t only on this ride with the Monkey Brothers for a beautiful day out on the road riding motorbikes. We had a combined ulterior motive. We were taking some supplies and money over the mountains to visit our friends at the Destawan Orphanage. Located in Singaraja City, the orphanage is home to 35 children aged from 9 or 10 through to about 15 or 16. And as we rushed down out of the hills we had a destination in mind. It wasn’t the layer of warm air along the coast that warmed our hearts. It was the children’s smiles as they welcomed us. Their faces seemed to explode with joy as they took in this mad crowd of Gorilla & Monkey motorbikes and the loose goose of the collection of riders. These bikes are quite the rarity, especially to see so many at once. The enthusiasm that they showed for us and our bikes was the perfect validation for doing this trip together.
To say we received a warm welcome would be an understatement, they seemed to be beside themselves with delight to see us. We were swallowed up into their group immediately, chatted with them and getting included in a number of exciting activities and events. We didn’t come empty-handed and had prepared quite the surprise for. We gave out a few gifts of Deus products but we were mainly there for social assistance. Which is just a nice way of saying drop off a van load of the necessary daily foodstuffs as well as some cash support, which was received directly by Mr. Ketut Sutrisna, the head of the Destawan Orphanage.
We headed home and it did rain on the way back over the mountains but it did nothing to dampen the elation we were feeling. It is always tons of fun not to mention inspirational to do these charity rides with our friends like the Monkey Brothers. Can’t wait for the next chance to collaborate with these guys and other local motorcycle communities in social activities like this.
BAHASA VERSION
Hari Minggu adalah hari yang menyenangkan untuk dilalui, tidak terkecuali pada tanggal 1 November, 2020. Sekitar setengah lusin tim Deus temple bergabung dengan lebih dari 100 sepeda motor bergaya Gorila dan Monkey di Taman Ayun Mengwi. Ini adalah pertama kalinya kami bergabung dengan komunitas sepeda motor gaya Gorilla & Monkey di Bali dan kami benar-benar terkejut dengan antusiasme dan jumlah anggotanya, kami tidak pernah menyangka ada begitu banyak. Mulai dari model motor Gorilla Enduro hingga Monkey Cafe Racer .
Adalah Monkey Brothers Bali, komunitas motor lokal Bali yang beranggotakan dari semua tipe aliran kustom motor Monkey, yang menjadikan mereka sangat unik. Mereka tidak membatasi anggotanya berdasarkan jenis mesin dan aliran modifikasi seperti yang umumnya dilakukan komunitas sepeda motor lain. Namun, mereka membatasi mereka pada ukuran roda mereka. Tidak lebih dari 10inci untuk lingkar roda agar bisa bergabung dengan mereka.
Seperti halnya pertemuan sepeda motor, kami menghabiskan beberapa jam pertama untuk berseliweran, memeriksa dan membicarakan tentang perjalanan khusus setiap orang. Tapi ketika jam menuju ke angka dua belas, kami memulai perjalanan ke kota Singaraja melalui pemandangan Bedugul yang benar-benar indah. Daerah yang terkenal dengan pemandangan pegunungan, kebun sayuran, stroberi, dan udara dingin pegunungan yang menusuk hingga terasa di kulit kami dan menjadikan keuntungan untuk menjaga suhu mesin tetap rendah sehingga motor-motor kecil ini terasa jauh lebih bertenaga untuk dikendarai.
Dalam perjalanan bersama Monkey Brothers ini kami tidak hanya menjalani hari yang indah di jalan raya dengan mengendarai sepeda motor. Kami memiliki juga memiliki motif tersembunyi, yaitu membawa perbekalan dan bantuan uang ke gunung untuk mengunjungi teman-teman kami di Panti Asuhan Destawan. Terletak di Kota Singaraja, panti asuhan ini menampung 35 anak berusia dari 9 atau 10 hingga sekitar 15 atau 16 tahun. Dan saat kami bergegas menuju kesana, sesuatu terbayang dalam benak kami. Bukan lapisan udara hangat di sepanjang pantai yang menghangatkan hati kami tapi adalah senyuman anak-anak saat mereka menyambut kami. Wajah mereka tampak meledak kegirangan saat mereka melihat kerumunan motor Gorilla & Monkey dari kumpulan pengendara. Motor-motor ini cukup langka, terutama untuk dilihat begitu banyak sekaligus. Antusiasme yang mereka tunjukkan kepada kami dan motor kami adalah validasi sempurna untuk melakukan perjalanan ini bersama.
Sambutan yang mereka berikan bukan sekedar sambutan hangat namun mereka sangat senang, bersemangat dan ceria menyambut kami , ini sambutan yang indah. Kami langsung bergabung bersama mereka, mengobrol dengan mereka dan diikutsertakan dalam sejumlah kegiatan dan acara yang menarik. Kami tidak datang dengan tangan kosong dan telah menyiapkan cukup kejutan untuk itu. Kami membagikan beberapa hadiah produk Deus tetapi tujuan utama kami berada di sana adalah untuk memberikan bantuan sosial. Kami membawa mobil van berisi bahan makanan sehari-hari yang diperlukan serta bantuan uang tunai, yang diterima langsung oleh Bapak Ketut Sutrisna, kepala Panti Asuhan Destawan.
Setelah selesai disana kami pun pulang ke rumah ditemani hujan yang turun dalam perjalanan kembali ke pegunungan, namun hal hujan pun tidak mengurangi kegembiraan yang kami rasakan. Sangat menyenangkan dan menginspirasi kami untuk melakukan perjalanan mengendarai motor bersama dengan tujuan beramal ini bersama teman-teman kita seperti Monkey Brothers. Kami sudah tidak sabar menunggu kesempatan berikutnya untuk berkolaborasi dengan teman-team komunitas motor lokal lainnya dalam kegiatan sosial seperti ini.